Back to Self
-Menurut Islam, manusia terlahir dalam keadaan suci. Tidak membawa dosa asal (original sin). Selain suci, manusia juga terlahir dengan status terhormat atau memiliki martabat/kehormatan (dignity) yang melekat pada dirinya.
Kehormatan ini berasal dari dua hal yang diberikan oleh Sang Pencipta. Pertama, kebebasan atau kemerdekaan (freedom). Dengan kebebasan manusia menjadi makhluk yang bebas menentukan pilihan (choice) dalam hidupnya. Kedua, manusia diberikan kemampuan mencari, memahami dan mengembangkan pengetahuan (knowledge).
Kemampuan ini menjadikan manusia sebagai makhluk intelektual (intelectual being). Dengan dua bekal ini (kemerdekaan dan pengetahuan), manusia berdasarkan pengetahuan dan kesadarannya bebas memilih dan karenanya bertanggungjawab atas pilihannya sendiri. Dengan kata lain, segala konsekuensi dari pilihannya tersebut menjadi tanggungjawabnya sendiri. Hubungan ini menjadikan manusia sebagai makhluk moral (moral being).
Selain makhluk intelektual dan makhluk moral, manusia juga merupakan makhluk spiritual. Spiritualitas manusia merupakan aspek internal dan tidak tampak secara harfiah sebagaimana aspek fisik manusia. Proses pencarian makna (quest for meaning) adalah aktivitas utama dari sisi spiritualitas manusia. Oleh sebab itu manusia pada hakekatnya selalu membutuhkan makna dari semua dimensi kehidupannya. Pertanyaan “mengapa” (why) adalah aspek yang paling esensial dari proses pencarian makna tersebut.
Mengapa kita ada di dunia (purpose of life) adalah pertanyaan paling utama yang muncul dari kedalaman dan kesadaran diri manusia. Pertanyaan tersebut akan membawa kita ke pertanyaan-pertanyaan selanjutnya seperti: “dari mana saya berasal”, “kemana saya akan menuju (setelah kematian)” dan “apa yang harus dilakukan selama saya hidup. Pertanyaan tersebut muncul pada saat manusia mencapai kesadaran dirinya (akil).
Karena manusia dibekali dengan kebebasan (freedom) untuk memilih, maka hasil pilihan manusia tersebut bisa merupakan pilihan yang benar, atau sebaliknya pilihan tersebut salah. Manusia bisa memilih kebaikan, namun manusia dapat pula memilih kejahatan. Karena pada dasarnya Tuhan mengilhamkan kedua potensi tersebut kepada manusia. Maka manusia berpotensi untuk melakukan kebaikan sampai tahap yang sangat tinggi atau mulia.
Demikian sebaliknya manusia memiliki kemampuan untuk menjadi makhluk yang sangat jahat. Pilihan manusia atas kebaikan dan kejahatan dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar dirinya. Namun keputusan final dari apa yang akan ia pilih merupakan pilihan dan tanggungjawab (responsibility) dari manusia itu sendiri.-
— 7 April 2018
Comments
Post a Comment