How Procurement Make Profits?
Bagaimana procurement menciptakan profit? Pertanyaan yang menggelitik mengingat fungsi utama procurement adalah pembelian. Sedangkan profit atau keuntungan identik dengan fungsi penjualan.
Keuntungan adalah selisih dari pendapatan suatu bisnis yang diperoleh dari penjualan (sales) dengan biaya (cost) yang dikeluarkan. Biaya dapat dibagi menjadi, (1) biaya yang berhubungan langsung dengan produk atau Cost of Good Sold, dan (2) biaya yang tidak langsung berhubungan dengan produk atau biasa disebut Operational expenses.
Untuk meningkatkan profit suatu bisnis, dapat dilakukan dengan tiga cara, antara lain:
Pertama, dengan cara menaikkan harga jual produk. Konsekuensi dari cara ini adalah menurunnya daya saing produk di pasar sehingga konsumen bisa saja berpindah ke produk kompetitor.
Kedua, keuntungan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan volume penjualan. Cara ini tentunya membawa konsekuensi meningkatnya biaya produksi seiring volume penjualan yang naik.
Ketiga yaitu dengan menurunkan biaya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penghematan terhadap biaya yang terkait langsung dengan produk seperti bahan baku dan kemasan, maupun biaya tidak langsung seperti biaya transportasi, biaya iklan dan promosi, dll. Cara ketiga ini dapat meningkatkan profit tanpa harus menambah volume penjualan maupun menaikkan harga jual produk. Sehingga tidak berdampak pada penambahan biaya produksi dan daya saing produk di pasar.
Untuk lebih jelasnya dapat kita gambarkan seperti ilustrasi di bawah ini :
Tabel 1: Income Statement
Tabel 2: Increase Sales by 5%
Tabel 3: Reduce Material Purchase Cost by 5%
Tabel-1 adalah ilustrasi sebuah income statement (laporan laba-rugi). Tabel tersebut menunjukkan Gross Profit sama dengan Sales Revenue dikurangi total Cost of Good Sold (COGS) dikurangi Operational Expenses.
Total COGS sendiri terdiri atas semua cost atau biaya yang diperlukan untuk memproduksi produk. Dalam hal ini COGS dibagi menjadi, (1) material purchase atau biaya bahan baku dan packaging, dan (2) semua biaya lain yang dikeluarkan untuk produksi (other expenses) seperti biaya mesin, listrik, gaji operator, dll. Keuntungan kotor atau gross profit dari Tabel-1 adalah 10%.
Ilustrasi diatas menunjukkan 2 skenario untuk meningkatkan profit. Pertama, meningkatkan volume penjualan agar Sales Revenue naik, seperti yang ditunjukkan pada Tabel-2. Skenario kedua adalah mengurangi COGS seperti pada Tabel-3, dalam kasus ini adalah komponen Material Purchase.
Pada skenario Tabel-2, profit naik menjadi 11% dengan jalan menaikkan Sales Revenue sebesar 5% (dari Rp 1000 menjadi Rp 1050). Ketika Sales dinaikkan sebesar 5%, maka secara otomatis Material Purchase Cost akan meningkat 5%, mengingat kebutuhan bahan baku untuk memproduksi barang yang dijual juga akan meningkat sejumlah peningkatan volume penjualan.
Pada skenario Tabel-3, profit naik menjadi 13% dengan jalan menurunkan Material Purchase Cost sebesar 5% (dari Rp 600 menjadi Rp 570) sedangkan Sales Revenue tetap Rp 1000. Diasumsikan elemen cost yang lain tetap. Kenaikan profit ini lebih besar dibandingkan skenario pada Tabel-2.
Dari dua skenario pada Tabel-2 dan Tabel-3 diatas dapat disimpulkan bahwa menurunkan biaya adalah inisiatif yang sangat penting bagi sebuah bisnis, karena akan berdampak langsung kepada profit. Bahkan profit yang dihasilkan dari penurunan biaya berpotensi lebih besar dibandingkan dengan peningkatkan volume penjualan.
Procurement sebagai garda depan sebuah bisnis dalam mengelola belanja perusahaan berperan sangat penting disini. Dengan memilih pemasok-pemasok yang tepat dan memanfaatkan kompetisi pasar secara efektif, procurement dapat berperan besar, tak hanya sekedar menurunkan biaya (cost saving), namun lebih jauh sekaligus menjadi profit maker.-
-- Depok, 1 Februari 2021
Comments
Post a Comment