Posts

Memahami Konsep Cost dan Price

Image
Procurement profesional perlu memahami konsep Cost (biaya) dan Price (harga) sebagai langkah awal memahami Cost management. Mungkin hal ini terlihat sederhana, namun saya masih sering menjumpai pemahaman yang kurang tepat di kalangan procurement profesional mengenai hal ini. Cost vs Price Cost dalam kaitannya dengan procurement harus dipahami dari dua perspektif. Pertama, Cost yang dikeluarkan oleh supplier untuk memproduksi produknya. Kedua, Cost yang harus dikeluarkan customer terkait produk yang dibeli dari supplier, atau yang lebih dikenal dengan Total Cost of Ownership (TCO). Terkait cost yang pertama. Setelah supplier memperhitungkan semua cost yang dikeluarkan, supplier akan menambahkan sejumlah Profit untuk menentukan harga jual produknya (Price). Sehingga bisa dikatakan Price sama dengan Cost ditambah Profit. Dalam proses pembelian, Price (harga) akan dinegosiasikan oleh buyer dan supplier. Sehingga harga final adalah nilai yang disepakati oleh buyer dan supplier atas pembelia

Cost Management Untuk Procurement

Image
Salah satu peran penting procurement adalah melakukan cost management. Dalam scope kerja procurement, cost management adalah melakukan kontrol atas keseluruhan biaya yang terkait dengan belanja ke pihak ketiga (supplier/ vendor). Tujuan cost management antara lain: mengoptimalkan cost sepanjang siklus procurement, mendapatkan value yang sepadan dengan cost yang dikeluarkan  (value for money) , memastikan efektivitas cost, dan memastikan penururunan cost yang berkelanjutan (sustainable cost reduction), dengan tetap mempertahankan kualitas dan kinerja yang diinginkan. Dengan memahami dan menjalankan cost management yang efektif, procurement dapat menunjukkan peran dan kontribusi strategisnya bagi organisasi. Berikut beberapa poin yang menurut saya sebaiknya dimiliki oleh para procurement professional terkait dengan cost management dalam procurement: Pemahaman mengenai konsep biaya (cost), harga (price), serta total cost. Bagaimana menilai seberapa kompetitif harga dan cost produk yang di

Book Recommendation: Getting to Yes

Image
  Apa buku tentang negosiasi yang bagus untuk procurement? Ketika ada yang bertanya demikian. Saya selalu menjawab, “Getting to Yes”. “Getting to Yes” adalah buku klasik tentang negosiasi yang ditulis oleh Roger Fisher dan William Ury. Terbit pertama kali tahun 1981. Berbeda dengan buku-buku negosiasi yang menyampaikan tentang taktik, teknik, dan trik untuk ‘memenangkan’ negosiasi. Buku ini menawarkan pendekatan berprinsip untuk negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan atau yang lebih dikenal dengan win-win atau collaborative negotiation. Berikut beberapa poin dalam “Getting to Yes” yang layak untuk dicermati: 1. Principled Negotiation Penulis menganjurkan agar negosiator menggunakan pendekatan Negosiasi Berprinsip. Pertama, dalam negosiasi, kita harus memisahkan antara orang yang terlibat dalam negosiasi (people) dari masalah yang sedang dinegosiasikan (people). Kedua, kita harus fokus pada kepentingan (interest) daripada posisi (position). Ketiga, berfo

Manajemen Resiko Pasokan

Image
  Di tempat kerja sebelumnya, saya pernah mengalami situasi dimana  pasokan dari supplier utama kami tiba-tiba terhenti karena pabriknya habis dalam musibah kebakaran. Sehingga upaya memitigasi resiko suplai ini menjadi pelajaran yang sangat penting bagi saya. Bagaimana melakukan manajemen resiko pasokan? Pertama, mengidentifikasi resiko yang terkait dengan kelangsungan suplay, dan menilai seberapa besar dampak dari resiko jika terjadi (impact), serta seberapa besar peluang terjadinya (likelihood). Kedua, menentukan rencana mitigasi dari masing-masing resiko, dan mengeksekusinya sesuai prioritas. Ketiga, mereview secara berkala penilaian resiko dan status efektifitas mitigasinya. Adapun beberapa contoh mitigasi resiko pasokan antara lain: 1. Memastikan supplier memiliki fasilitas produksi lain sebagai backup supply. 2. Mengaktifkan model multi supplier. 3. Mengidentifikasi dan menjalin komunikasi dengan supplier-supplier lain yang bisa memasok produk yang kita butuhkan walaupun kita ti

10-C Model

Image
10-C Model adalah model atau framework yang populer di kalangan procurement professional yang digunakan untuk membantu dalam proses seleksi dan pemilihan supplier. 10-C Model diciptakan oleh Dr Ray Carter dan dipublikasikan pertama kali dalam jurnal CIPS Supply Management pada tahun 1995. Selain mudah untuk diingat, 10-C dinilai cukup lengkap dalam mencakup aspek-aspek penting dalam menyeleksi supplier. Berikut 10 kriteria evaluasi dalam 10-C Model. 1. Competency Competency terkait dengan bagaimana kompetensi supplier dibandingkan dengan kebutuhan kita. Seperti kemampuan teknis, SDM, skill, teknologi, inovasi, dsb. 2. Capacity Capacity terkait dengan kapasitas produksi supplier saat ini dan masa mendatang, dibandingkan dengan kuantitas pasokan yang kita butuhkan. Bagaimana kemampuan supplier jika dibutuhkan investasi untuk penambahan kapasitas di masa mendatang. 3. Commitment to Quality Commitment terkait dengan berapa besar komitmen terhadap kualitas produk dan service-nya. Misalnya a

10 Principles of Good Buying

Image
  Peter Smith dalam bukunya “Good Buying” menyarankan 10 prinsip jika sebuah bisnis ingin meningkatkan daya saing mereka melalui proses pembelian/ procurement-nya, yaitu: 1. Para supplier Anda berkontribusi pada penciptaan daya saing dan pencapaian tujuan organisasi. 2. Anda perlu memahami bagaimana setiap kategori pengeluaran (spend category) berkontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi, dan lakukan pembelian untuk setiap kategori dengan tepat. 3. Data merupakan hal yang sangat penting untuk kinerja pembelian yang baik. 4. Tentukan proses pembelian yang jelas dan sesuai kebutuhan. Gunakan teknologi untuk mendukung proses. Seimbangkan antara kemudahan penggunaan dengan kontrol dan ketelitian. 5. Tetapkan kebijakan pembelian yang jelas dan komunikasikan. Pastikan difahami oleh semua pihak yang terlibat, dan ambil tindakan jika ada yang tidak mematuhi kebijakan tersebut. 6. Tentukan dengan cermat apa yang Anda inginkan (spesifikasi) dan usahakan selalu mendapatkan nilai (value) se

Procurement Five Rights

Image
  Bagaimana procurement memastikan belanja perusahaan ke pihak ketiga atau supplier dilakukan secara efektif dan membawa added value. Procurement harus memahami prinsip value for money. Yaitu, uang yang dikeluarkan oleh perusahaan haruslah ditukar dengan nilai (value) yang sepadan. Pada umumnya kita berpikir, yang dimaksud dengan value disini hanya nilai dari produk atau jasa yang dibeli. Padahal lebih dari itu. Value juga terkait aspek-aspek lain yang menyertai pembelian produk tersebut, seperti kualitas dan kuantitas barang, waktu dan tempat pemenuhan pesanan, layanan pasca pembelian, serta service yang diberikan selama proses pembelian berlangsung. Lebih jauh lagi, value bisa menyangkut brand dan reputasi perusahaan yang memproduksi, termasuk juga pengalaman (experience) customer ketika memakai/mengkonsumsi produk, dan ketika menerima pelayanan dari supplier tersebut. Untuk membantu memahami apa saja value dalam proses pembelian, dalam procurement dikenal istilah “Procurement Five R